Kamis, 21 Februari 2019

TULISAN


"MENJELANG (Pagi atau Malam)"

"Mereka" tetap diperaduan, antara nampak A dengan tetap meyakini A atau terlihat B dengan tidak mentolelir A, percaya sehingga meyakini bahwa semua kemungkinan selain itu adalah tidak ada, pintu kemungkinan dipaksa ditutup mungkin saja ada pengetahuan yg terbatas, karna demikian dikatakan ego yang tinggi. Sampai pada titik kejenuhan antara pertentangan dua hal itu dengan lugas menyimpulkan "aah...sudahlah masa bodoh, "ooh begitu... " ya.. dan memang semestinya begitu. Dan lebih luas lagi dan lagi... (Egopun terusik)
Kalaulah memahami adalah porsi dari kemungkinan-kemungkinan itu sudah sesuai adanya, tidak ada yg kurang juga tidak ada yg lebih, semestinya memang begitu. Porsi A adalah pada A, Porsi B adalah pada B, kesemuanya adalah begitu.
"Tercerahkan" merupakan perayaan, sudah sampai jenuh, keadaan yang sudah tidak kaku, jawaban peraduan itu, kemustahilan yg sudah tidak ada, penyaksian setelah ada kebenaran yang disaksikan, atau kebenaran yang tersaji. 
Habis gelap terbitlah terang, itulah satu kemungkinan yang diungkapkan ketika menyambut matahari pagi.
Tapi, ada juga malam yang tidak gelap, karena adanya bulan.
Ada juga dua kemungkinan itu satu kemungkinan lain (aah..ini senja malam atau senja sore). Karna kemungkinan ini tidak disaksikan langsung (keberadaan ruang dan waktu)
HENINGLAH.. ada kebijaksanaan ketika benar-benar menyaksikan, benar atau salah bukan lagi hal pokok yang dibicarakan.
HENINGLAH.. dapat melihat kebenaran itu apa adanya dengan benar.

-Indra Kurniawan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar